rodaduakita.xyz–Hadir pada Trial Game D irt (TGD) Seri 3 Yogyakarta memang Hal yang menarik. Pasalnya menyaksikan ‘yang gede-gede’. Wah ojo mikir yang laen-laen dulu gaes…Hehehe..
Itu lho yang ngejogrok di tengah lintasan. Yakni VW Kodok dengan ban gambot banget. Itu ada pada lintasan yang dilewati para rider, atau crosser peserta TGD Seri 3 Yogyakarta.
“Itu istilahnya Bigfoot Jump. Itu baru mulai ada di tahun ini. Itu ‘kosongan’.enggak ada mesinnya lho. Ditarik dan diletakan disitu,” urai Jim Sudaryanto, pimpinan lomba sat ditemui rodaduakita.xyz Konon dia yang punya ide tersebut kan tahu lah, VW itu salahsatu ikonnya Djarum tuh..
Nah bila dilihat lingkar bannya guede baget. Kata Mas Jim itu pakai ban traktor. Entah traktor apa gitu. Yang jelas lintasan begitu tak enggak mudah, alias ‘tricky’ banget. Jadi ada juga yang sempat nyungsep saat melintas di Bigfoot jump itu, Tapi ada juga yang pede sanggup menaklukan itu walau kondisinya ‘Tricky’.
Salahsatunya yang rodaduakita.xyz, lihat. Ivan Harry Nugroho, crosser Solo. Berdasar data, di akhir lomba kali ini dapat juara umum 5 pada putaran 3 lalu. Pada seri 1 lalu konon dia sempat kepleset disitu. Kali ini dia ngelop terus untuk melintasi itu. Coba dikupas, penyebabnya macam-macam. Katanya nih, seorang pembalap itu kan ada emosi over thinking dan macam-macam.
“Kalau lewat itu, ya harus pas enggak bisa kekencangan, tapi enggak bisa juga kepelanan. Buktinya saya sempat jatuh dulu di seri 1 ,karena kepelanan, ” bilang Ivan menganalisa, maka dia ngelop terus saat lewat ban gede VW itu, atau melompati saja.
Katanya lagi. “Sirkuit seri 3 lcukup sempit, beda dengan seri sebelumnya. Jadi disini ya tricky banget, VW itu aman kalau ragu-ragu. bisa nyantol. Jadi harus bener-bener pas.,” akunya.
Ivan memang terlihat selalu ngelop dan kayaknya hanya dia tuh yang begitu. Yang lainnya enggak terlihat, Mungkin hati-hati atau ga wani Hehehe. Ivan juga ngaku untuk ngelop hanya dilakukan pada motor SE atau di kelas FFA. Untuk kelas Campuran Open enggak lah. Itu juga ada penyebabnya.
“Intinya begini deh untuk kelas FFA itu kan motornya menggunakan rangka atau frame buatan pabrikan atau asli. Lha kalau Campuran Open itu kan modifikasi. Kalau rangka modifikasi, atau hasil bikinan, ya enggak lah,” pungka c crosser yang mengganggap bagus untuk sistem poin. “Kalau poin itu bagus sih. Cuma kalau kejuahan waktunya atau ngejar keatas. Jadi lebih sulit. Jadi harus lebih kompetitip harus all out lah.”
Oh gitu….